Dari
jauh hari aku telah mempersiapkan ini, jauh sebelum kejadian itu. Dengan yakin ia pasti akan sangat senang
menerimanya. Di diary tertulis jelas semua konsep yang aku buat untuknya,
konsep yang setiap kubaca membuatku semakin semangat berkhayal bagaimana
nantinya.
Sekarang
aku ada disini, melihat karya ku sendiri di tempat dimana aku dan dia pertama
kali bermain bersama, rumah kaca milik kakeknya, kakek juga membantu banyak
untuk ini, kadang sesekali aku melihat ia menyeka air matan ya, mata sayunya itu menjelaskan kata yang
tak terungkap entah karna senang, sedih atau rindu. Lalu di satu-satunya pohon
itu aku gantungkan harapan, cita-cita dan foto kami dari kecil hingga remaja.
Foto itu dimulai yang menggambarkan kemenang
annya, aibnya juga hal-hal lucu. Lalu aku letakkan kue ulang tahun yang
kubuat sendiri dimeja dekat pohon itu, kue yang lahir dari laki-laki yang tak pernah menyukai masak. Aku
mati-matian untuk ini, hingga berkali-kali gagal tapi aku tak perduli. Aku bisa,
walau kuenya tak seenak kue kesukaan dia, bukankah ketulusan itu lebih manis
dari apapun?
Aku
yakin ia pasti senang, ia akan memujiku seperti biasanya jika aku melakukan hal
yang tak terduga untuknya dan pasti ia akan berkata “terimakasih jagoan..” sambil
tersenyum, senyuman yang membuatku ingin terbang ke langit. Ia pasti setelah itu akan bercerita tentang apa
yang terjadi untuknya saat ini kepada semua orang , ia begitu. Lucu. Dan
menurutku sedikit sombong haha, tapi tetap saja hanya dia yang
aku suka, hanya dia yang mampu membuat aku menahan sedih dan tangis, untuk apa
aku menangis? Untuk kepergian selama-lamanya itu? untuk ketidakhadiran dia
dihidupku setelah porak-porandanya Aceh oleh tsunami? Untuk apa? Bukankah dia
telah bersumpah padaku untuk mencintaiku hingga Tuhan memanggilnya? Kata-kata
itu sudah cukup membuatku bahagia, aku yakin suatu saat nanti aku ada
disisinya, aku yakin didunia ini aku hanya sebentar dan aku akan segera bertemu
gadis cantikku, sahabatku.
Mungkin
juga telah habis kata-kataku untuk mengungkapkan betapa banyak rasa yang
menyesak dan memenuhi hatiku. Berkali-kali aku yakinkan diri jika aku tersenyum
diapun akan tersenyum, bagaimana aku rela melihat kesedihannya walau hanya
imajinasi? aku akan tersenyum dengan keyakinan ini. Hingga nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar